Pembudidayaan ikan mola mulai dikembangkan di Jabar, sebagai salah satu alternatif usaha perikanan air tawar berorientasi ekspor. Daerah yang dijadikan pola pengembangan, adalah Cianjur, Purwakarta dan Bogor, karena berdasarkan kecocokan wilayah usaha dinilai memiliki kelebihan.
Demikian dikatakan Kepala Seksi Informasi Teknologi Dinas Perikanan Jabar, Ika Rohikaning- rum, di Bandung, Minggu (19/6). "Kendati ikan ini masih belum memasyarakat di Jabar, namun pangsa pasarnya cukup menjanjikan, terutama ke Cina. Ini disebabkan, ikan mola aslinya berasal dari Cina, namun produksinya sering kurang karena perbedaan iklim di sana," katanya.
Disebutkan, di Cina sendiri, konsumsi ikan mola, termasuk salah satu yang sudah menjadi budaya masyarakat setempat, mirip kebiasaan memakan ikan asin di Indonesia. Namun produksinya hampir selalu kosong, jika di Cina sedang musim dingin.
Beranjak dari kondisi itu, terlihat adanya peluang mengisi kekosongan suplai ikan mola ke Cina. Pembudidayaan ikan mola di Jabar, diperhitungkan akan tetap lancar karena iklim yang tropis.
Menurutnya, budi daya ikan mola dapat dilakukan pada berbagai kolam air tawar, dengan pemeliharaan yang tak berbeda jauh dengan ikan nila atau ikan mas. Bahkan, ikan mola dapat dibudidayakan bersama-sama, karena makanannya berasal dari sisa-sisa kotoran ikan nila, yang berbentuk phytoplankton.
Namun untuk pangsa pasar lokal, menurut Ika, sejauh ini ikan mola masih memerlukan waktu agar lebih diterima konsumen. Pasalnya, ikan ini masih termasuk baru, serta pemasaran produknya pun masih perlu lebih dipromosikan, jika dibandingkan ikan mas.
Ikan mola ukurannya tak berbeda jauh dengan ikan mas, baik dalam ukuran sedang maupun sudah besar (sekira 20 cm sampai 40 cm). Walau sama-sama memiliki warna dasar perut berwarna perak dengan ikan mas, namun ikan mola memiliki warna agak kemerahan pada bagian punggung. Umur pembudidayaan pun tak berbeda jauh dengan ikan mas, sejak bibit sampai siap dijual perlu waktu 3 bulan.
Menurut Kesubag Tata Usaha Dinas Perikanan Jabar, Usman, untuk pasaran lokal, ikan mola rata-rata dihargai Rp 4.000,00 - 7.000,00/kg. Sebanyak 40 persen produksi benihnya dijual ke luar Jabar.
Ikan mola termasuk "tiga bersaudara" ikan dari spesies carp asal Cina yang diperkenalkan Balitkanwar Bogor tahun 1970-an. Ikan mola memakan phytoplankton, big head memakan zoo plankton, serta grass carp memakan tumbuh-tumbuhan. Disebutkan, ketiga spesies itu, dapat berkembang baik di daerah tropis Indonesia.
Tambah penghasilan
Disebutkan Usman, tujuan pembudidayaan ikan spesies carp, selain untuk menambah penghasilan masyarakat, juga mengontrol keseimbangan ekosistem perairan sebagai pusat budi daya, serta pemanfaatan rantai makanan. Sejauh ini, ikan mola sangat efektif jika dibudidayakan bersama ikan nila, yang sedang disosialisasikan pula oleh Pemprov Jabar.
"Diperkirakan, tingkat keselamatan ikan tersebut untuk dibudidayakan cukup tinggi. Sehingga, kematian ikan dalam jumlah besar, misalnya seperti sering terjadi pada ikan mas, untuk budi daya ikan nila bersama ikan mola, akan cukup teratasi," ujarnya.
Bila budi daya ikan mola ini bisa diterima oleh masyarakat, diharapkan para petani ikan tidak lagi tergantung pada ikan mas, nila atau gurame. Dengan makin banyaknya pilihan ikan yang akan dibudidayakan, pasar pun tidak tergantung pada komoditas lama, tetapi ada pilihan lain yang baru
Monday, November 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment